Laman

Senin, 15 Oktober 2012

"POHON BUKAN TEMPATNYA PASANG IKLAN"



Pohon juga mahkluk hidup, mungkin itu yang perlu ditegaskan kembali pada diri kita sebagai warga penghuni kota. Barang kali kita khilaf baik disengaja mau pun tidak disengaja. Hingga kita tega menciderai dan memperlakukannya semena-mena.
Gambar: Bentuk ketidak pedulian terhadap pohon kota
Kondisi hari ini seakan tidak seorang pun yang memperdulikan keberadaan pohon kota. Hal ini terbukti hingga detik ini juga tidak seorang pun yang memperdulikan nasib pohon yang perlahan-lahan menunggu proses kematian saja. jika sepintas lalu saja kita mau mencermati secara seksama apa sebenarnya yang terjadi mungkin kita akan benar-benar prihatin. Yaitu pohon-pohon kita yang tertanam pada jalur pejalanan kaki (pedestrian) dan jalur median jalan disepanjang koridor Jalan Jendral Sudirman tidak jarang dijadikan korban alias tumbal untuk pemasangan spanduk, pamflet, berner dengan cara di paku, di ikat dengan tali dan kawat demi memenuhi kepentingan tertentu.
Melihat kondisi pohon-pohon yang bernasib malang tersebut, memori ingatan saya kembali tertuju kepada kasus penyebab tumbangnya pohon-pohon yang beberapa waktu lalu terjadi di Kota Jakarta dan mungkin berita itu masih segar di ingatan para pembaca yang budiman saat ini.
Perubahan cuaca secara ekstrim yang menurut para ahli merupakan fenomena dari efek Global Warming alias pemanasan global yang menyebabkan cuaca di Kota Jakarta tidak menentu. Terkadang hujan turun secara tiba-tiba diiringi dengan hembusan angin yang begitu kencang kemudian berganti dengan panas.
Dampaknya, pohon-pohon banyak yang sempal atau mengalami patah dan bahkan ada yang bertumbangan.  Kondisi ini tentunya terkesan janggal, mengingat beberapa jenis pohon yang ditanam umumnya memiliki karakterisitik akar, batang, dahan yang kuat seperti jenis pohon Trembesi, Angsana.
Tidak ingin dipandang kurang puduli atau tidak perduli sama sekali akhirnya, Pemerintah Daerah Ibu Kota Jakarta pun menggandeng Intitut Pertanian Bogor (IPB) sebagai ahli forensik dunia tumbuhan untuk meneliti lebih lanjut penyebab maraknya pohon-pohon yang terbilang telah berusia puluhan tahun harus tewas dan meregang nyawa begitu saja. Tentunya, ini merupakan sebuah kerugian besar sekaligus berita duka bagi kita yang menyadari akan pentingnya keberadaan tumbuhan yang satu ini. keperihatinan kita semua tertuju ditengah kian dibutuhkannya pohon yang sejatinya merupakan pahlawan terdepan dalam menjaga kualitas udara, lingkungan, peredam kebisingan di Kota Jakarta yang terbilang panas, pengap penuh dengan gas buang kendaraan bermotor yang berterbangan disana-sini.
Hasil penelitian dari ahli forensik tumbuhan IPB menemukan hasil yang mengangetkan, bahwa pohon-pohon tersebut cenderung terserang penyakit. yang disebabkan oleh paku yang tertanam di batang pohon, kawat yang melilit batang pohon hingga mengganggu pertumbuhan si pohon tersebut. tentunya, jika ditelusuri siapa dalangnya sudah jelas pastilah yang namanya manusia aktor dibalik tewasnya pohon-pohon tersebut.
Namun seperti biasanya, dan sudah tidak heran lagi kebijakan untuk menyelamatkan pohon dari tangan-tangan jahil atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab hanya sebatas melarang tanpa adanya hukuman atau sanksi (Panisment) yang jelas. Hingga tidak heran hal tersebut acap kali terus terulang kembali tanpa ada yang harus di takuti.
Lantas pohon tersebut mau mengadu kepada siapa?? Jika tidak ada payung hukum yang melindunginya. Minimal dibutuhkan peraturan setingkat peraturan walikota dan syukur-syukur alangkah lebih baik lagi adanya peraturan setingkat peraturan daerah (PERDA) juga turut serta melindunginya.

Pohon itu tidak Murah
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang dosen arsitek pertamanan, beliau pernah mencoba menghitung berapa sebenarnya harga sebuah pohon. Dengan menggunakan standar Internastional Shade Tress Estimation  Method (ISTEM). Hasilnya ternyata sungguh mencengangkan kita semua “ternyata tidak murah!!”
Dalam standar tersebut ditetapkan bahwasannya untuk setiap inci persegi dari potongan pohon dihargai senilai 40 dolar AS atau setara dengan 400.000 ribu rupiah jika kita asumsikan 1 dolar nya adalah 10.000 rupiah. Lebih lanjut, jika kita ambil sebatang pohon beringin yang memiliki diameter 1 meter sebagai contoh dapat diperkirakan harga yang harus dibayar untuk sebuah pohon beringin tidak kurang dari 32 juta rupiah. (Eko Budiharjo: “Kota Berwawasan Lingkungan”, 1993)
Itu baru harga dari standar yang berlaku, belum lagi termasuk estimasi biaya diluar itu, selama pohon tersebut dibeli, ditanam hingga besar tentunya membutuhkan biaya juga seperti biaya yang diperuntukan untuk pekerja dinas terkait yang dimandati untuk menyiram, memupuk pohon tersebut. lalu kita berfikir uang siapakah itu? Tentunya uang kita semua bukan!
Pembaca yang budiman tentunya bisa memperkirakan sendiri, saat ini terdapat berapa pohon yang terdapat di Koridor Jalan Jendral Sudirman, Jalan Arifin Ahmad dan beberapa pohon lainnya yang berada di sepanjang koridor jalan-jalan yang ada di Kota Pekanbaru. Jika kita nilai semua itu dengan uang, lantas terbayang sudah bukan main uang yang bisa dihasilkan dari setip pohon tersebut.

Perlu Belajar dari Singapura
Memandang pohon yang sejatinya merupakan bagian dari mahkluk hidup, sudah sepatutnya kita lakukan sebagai warga kota dengan bersifat ramah terhadap sesama mahkluk hidup. Hidup rukun berdampingan tanpa ada nya prilaku yang menciderai. Toh, jika kita menyadari secara jernih banyak manfaat yang sudah diberikan pohon terhadap kita. Pernah kah pohon tersebut meminta imbalan dari kita terhadap upaya yang dilakukannya Dan sayangnya sampai saat ini kita tidak menyadarinya. dimulai dari fungsinya sebagai peredam kebisingan, mengurangi polusi gas buang kendaraan bermotor, menghasilkan oksigen, menekan dan mengurangi terjadinya peningkatan suhu udara di perkotaan, komponen estetika hijau perkotaan nan indah. Semua itu secara Cuma-Cuma mereka berikan kepada kita. Sudah sepatutnya kita turut menjaganya bukan memperlakukannya semena-mena.
Kita semua bisa membayangkan apa jadinya jika kota kita tidak ada pohon??
Hal ini lah yang dilakukan oleh negara tetangga kita yang menyadari secara penuh akan pentingnya keberadaan pohon. Hingga pemerintah singapura begitu antusiasnya membudidayakan jenis pohon yang sangat terkenal disana yaitu jenis trembesi dan angsana. Hampir setiap sudut tempat dan setiap kegiatan pembangunan kota seperti gedung tidak luput dengan menyelipkan komponen hijau seperti rumput dan pohon.
Terlebih mereka menyadari isu pemanasan global alias global warming sudah mulai dirasakan dimana-mana. Mereka menyadari betul, negara mereka hanyalah negara yang kecil dengan luas yang menyerupai ibu kota kita yaitu Jakarta yang secara hukum alam sudah dikodratkan bukanlah daerah yang luas, berbukit-bukit seperti indonesia namun hanya sebuah daratan yang di kelilingi oleh lautan. Sehingga jika terjadi pencairan glasir dan gunung es di antartika akibat pemanasan global, imbasnya secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya peningkatan air permukaan laut. Dan bisa dipastikan negara mereka tidak luput menjadi korban dari efek peningkatan air permukaan laut yang setiap saat mengancam dan menenggelamkan negara mereka.
Konsep pembangunan negara singapura yang berkelanjutan (sustainable development) terbilang sukses, segala bentuk aktivitas yang mereka lakukan direncanakan dan diperhitungkan dengan baik bagaimana mengarahkan pembangunan menuju ke arah yang ramah lingkungan dengan tetap berpedoman kepada lingkungan yang bernuansa vegetasi melalui upaya pelestarian pohon-pohon kota.
Hingga wajar saja singapuran belakangan terkenal dengan negara yang tidak hanya indah namun negara yang syarat dengan kecanggihan teknologi dan memanjakan para penghuninnya. Kejelian mereka memadukan konsep kota yang ecopolis (kota ekologis), teknopolis (kota teknologi), humanopolis (kota yang memanusiawikan manusia) terlihat berhasil.
Bahkan di negara Jepang, karena begitu tingginya tingkat kepedulian dan kecintaan mereka terhadap pohon kota pemerintah dan masyarakatnya. Ketika memasuki musim dingin mereka rela bersama-sama menyelimuti pohon-pohon tersebut secara bersama-sama, alasannya agar tidak mati.
Sudah semestinya kita bisa belajar dan memetik pelajaran dari negara-negara tersebut terutama dalam hal kepedulian terhadap pohon kota yang merupakan komponen penting dalam sebuah kota. Oleh sebab itu, belum ada kata terlambat untuk kita semua bersama-sama mulai menjaga pohon-pohon kota kita yang sejatinya adalah milik kita bersama sudah seharusnya kita jaga, pelihara secara bersama-sama demi mewujudkan Kota Pekanbaru yang sejuk  sehingga membuat nyaman para penghuni kotanya, seperti visi revolusioner milik pak wali mewujudkan Kota Pekanbaru Metropolis dan madani.