Melihat dan mengikuti kondisi akhir-akhir ini yang terjadi di Kota
Pekanbaru sungguh sangat merisaukan. Belum lagi masalah banjir yang tidak
kunjung teratasi hingga saat ini. Sehingga saat memasuki musim penghujan tiba,
banjir seakan merupakan santapan wajib bagi masyarakat Kota Pekanbaru yang
tidak bisa terlewatkan. Selain itu, problem macet yang sangat menjenuhkan tanpa
disadari memberikan efek stress bagi para pengguna kendaraan, yang dominan
merupakan masyarakat kota Pekanbaru.
Dan yang tak kalah heboh-nya baru-baru ini adalah masalah perusakan Kantor Mapolresta
Kota Pekanbaru dan fasilitas umum lainnya, yang dilakukan oleh para geng motor Kota
Pekanbaru. Diketahui para pelakunya merupakan pelajar yang masih duduk dibangku
sekolah.
Apa yang dilakukan mereka
sungguh kontras dan bertolak belakang dengan apa yang seharusnya dilakukan
pelajar di usia seperti mereka. Generasi muda yang merupakan harapan untuk
generasi penerus bangsa seakan jauh dari apa yang tergambarkan hari ini.
Dari uraian diatas, semua merupakan bagian dari fenomena masalah perkotaan.
Tidak hanya di Kota Pekanbaru saja, Kota-kota besar yang ada di Indonesia
seakan tidak lepas dari fenomena tersebut. seperti Kota Jakarta yang merupakan
Ibu Kota-nya Indonesia tidak luput dari permasalahan tersebut.
Perkembangan Kota Pekanbaru dewasa
ini menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Ditandai dengan pesat-nya
pembangunan gedung-gedung bertingkat, beralih fungsi-nya penggunaan lahan
berganti dengan bangunan komersil yang
mengarah kepada konsep kota modern. Namun mengabaikan aspek kenyamanan
masyarakat penghuni kota-nya itu sendiri terkesan kurang memanusiakan manusia.
Ketersedian Ruang terbuka atau ruang publik di Kota Pekanbaru tampak masih
belum memenuhi harapan. Perhatikan saja, dimana masyarakat kota Pekanbaru bisa
memanfaatkan Ruang-Ruang Publik yang berfungsi sebagai wadah untuk menjalin
interaksi sosial sesama masyarakat Kota Pekanbaru? Padahal Kota identik dengan
tinggi-nya tingkat individualisme, tempat-nya orang-orang stress yang selalu
disibukan oleh pekerjaan dan rutinitas lainnya. Hanya setiap akhir pekan saja
masyarakat Kota bisa berlibur dan menghilangkan stress. Itu pun hanya memilih
untuk berdiam diri menghabiskan waktu bersama keluarga. Lantas bagaimana
interaksi sosial antara masyarakat itu sendiri bisa terjalin? Jika selama ini kita tahu dan sering
memanfaatkan Taman Kota, Hutan Kota, kawasan Purna MTQ sebagai wadah untuk berlibur,berekreasi,
berolah raga. Perlahan-lahan mulai beralih fungsi dan lambat laun menghilang
dan kehilangan fungsi utamnya. Selain itu, tidak cukup hanya dengan menjadikan jalan
Gajah Mada dan Jalan Diponogoro sebagai tempat car Freeday (Hari bebas kendaraan).
biasa-nya solusi seperti ini merupakan solusi alternatif yang dibuat oleh
pemerintah dan instansi terkait ditengah tinggi-nya kebutuhan akan Ruang Publik
yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana interaksi sosial masyarakat Kota.
Memandang masalah Pengerusakan yang dilakukan oleh para pelajar merupakan
sebuah pertanda mulai terjadi-nya gejala sosial didalam masyarakat Kota
Pekanbaru. Dimulai dari semakin minim-nya ketersedian Ruang-ruang publik untuk
mereka para pelajar yang ingin menyalurkan hobi dan kreatifitas seakan tidak
bisa tersalurkan dengan baik. Wajar ajang perkumpulan yang mengarah kepada
hal-hal negatif sangat mudah terjadi. Sehingga diperlukannya arahan dan konsep
perencanaan,pembangunan Kota Pekanbaru kepada konsep yang mengarah kepada
Perencanaan Humanopolis, yaitu Kota
yang lembut dan manusiawi, kota yang memanusiakan manusia serta penghuni-nya dengan
memberikan Ruang untuk masyarakat dalam berinteraksi dan menjalin hubungan
sosial sesama masyarakat . Dengan penciptaan ruang perkotaan yang bersifat
publik seperti menyediakan jaringan Pedestrian bagi pejalan kaki, selain itu
perlu dimanusiawikannya bangunan-bangunan megah,canggih yang ada di Kota kita
dengan menyediakan perlatan terbuka atau
pedestrial mall yang dilengkapi
dengan berbagai perabot seperti bangku,patung,jam,lampu hias,air mancur. Selain
itu ruang-ruang pribadi seperti bangunan gedung sebaiknya saling dihubungkan
satu sama lain-nya. agar terjalin sebuah kesatuan yang terharmonisasi dengan
ruang perkotaan yang bersifat sosial. Dengan adannya ruang publik sebagai ruang
sosial inilah yang nantinya akan menjadi perekat bagi tumbuhnya rasa
kebersamaan dan kekentalan komunitas didalam perkotaan. Sehingga konflik sosial
seperti yang belakangan terjadi bisa diantisipasi.