Laman

Sabtu, 25 Februari 2012

Apa kabar Kota Pekanbaru yaa??

Setelah beberapa pekan absen dari ranah pengkritisan kota. karena perhatian pun belakangan terpusatkan pada Proposal TA. jadi seperti ini deh,, (vakum)..tapi tetep kok masalah kota tetap tidak luput dari kacamata pengamat.
sibuk bagi2 waktu,  mana Usaha distribusi krupuk cabe orang tua harus tetap jalan, apa pun yang terjadi. awal maret majalah pimpinan gwa harus terbit. tapi fokus utama tetep ada di proposal deh.
semua hanyalah sampingan. buat nambah pngalaman. hidup tanpa pengalaman ntah gmna rasanya deh>>
oh.. ya..kmrin gwa baru aja ngewawancarain pak tenas loh.. tokoh kebudayaan melayu Riau. beliau itu salah 1 Tokoh kebudayaan melayu Riau yang terkenal dan disegani juga di Pekanbaru.



 gwa lagi wawancari nih di kediaman beliau...!!

di Pekanbaru ada Pak Al azhar juga tapi gwa lebih familiar sama ke 2 orang ini sih. nama 2 tokoh tsb memang sudah gak asing lagi deh di Pekanbru. Kalau gak ada belaiau2 ini ntah gmna deh jadinya Kota Pekanbaru. bisa dikatakan beliau ini bentengnya penghadang program2 pembangunan pemerintah yg cenderung mengikuti arah modernisasi. tanpa ada fikiran sedikitpun untuk mempertahankan warisan Kota tercinta (Urban Heritage). apa jadinya cobak, kalo kota tanpa peninggala masa lalu? kaya kota tanpa banyangan. kaya kota yg lupa ingatan. gak tau asal-usul nya.
terus apa yang mau diceritain lagi cobak kedepan sama anak cucu kita kedepan tentang hebantnya kebudayaan melayu?? kontras terasa banget apa yg dilakukan pemerintah hari ini. semua kegiatan perencanaan pembangunan seakan tidak mengikuti kaidah2 perencanaan yg ditetapkan seperti yg tertuang di RPJP/ RTRW Propinsi Riau. yang ingin menjadikan Propinsi Riau dan Kota Pekanbaru sebagai pusat kebudayaan melayu asia tenggara, pusatnya pendidikan, pusatnya perdagangan dan jasa. lantas hari ini, detik ini adakah program2 yang dilakukan untuk menuju Visi-misi tersebut pada tahun 2020-2021?? sudah terbayangkan deh.. kota Pekanbaru sebagai wajahnya Propinsi Riau kedepan akan terdiri dari gedung2 tinggi yang berserakan disana-sini. tanpa ada nilai2,unsur seni serta nilai2 kearifan lokal yang membaur dalam balutan arsitektur melayu. tak ayal Kota Pekanbaru akan seperti Kota Junk atau kota sampah.yang bagus secara estetika tapi tidak bagus secara etika.
gw sempat mikir kedepan nih,, klo pak tenas gak ada lagi. gman ya nasib Kota Pekanbaru?? mengingat umur beliau pun sudah lanjut. siapa lagi yg bisa diandalin cobak?? 
gwa pengen banget mewujutin bahkan hati kecil gwe ngotot apa yg bisa gwe lakukan untuk nyelametin Kota kita kedepan dari cengkraman kekuasaan penguasa yg tidak mengerti unsur2 dan nilai2 seni,kebudayaan. seperti halnya yg diceritaain dalam bukunya Prof. Eko Budiharjo.Perencanaan lebih cenderung didominasi oleh "The Big Boy" bukan karena pertimbangan ilmiah atau pun kehendak masyarakat.
idealnya kota kita minimal biar bisa menuju kota yg sustainable harus megikuti konsep perencanaan yg memuat unsur Humaopolis,ecopolis,teknopolis.
setalah panjang lebar wawancara nih dirumah pak tenas ada pesan yg masih gwa inget banget. maju gaknya budaya kita tegantung kpd:
1. adanya rasa memiliki terhadap budaya mealyu
2.bangga gak kita kpd kebudayaan kita sendiri
3. mmpu gak dia menjabarkannya nilai2 kebudayaan dalam keseharian
4.  kita mampu mengamalkan budaya melayu kita itu sendiri.
memang benar sih, apa yg dikatakn pak tenas fenomena ini sebenarnya yg mendasari pola fikir masyarakat dan pemimpin kita saat ini.
dalam keseharian saja terkadag kita gak ada sedkit pun mau memakai busana,bahasa,nilai2 dalamkebudayaan melayu. padahal itu semua salah satu upaya melestarikan kebudayaan melayu itu sendiri.
malah bahasa minang yang jadi trend bahasa gaul ditengah-tengah masyarakat,anak muda.
jadi initnya penyadaran terhadap pepatah dimana bumi dipijak disitu langit djunjung perlu kita renungkan dan perlahan -lahan mari kita terapakn.
akhir sesi wawancara gwa dan adek kelas gwa nyempatin berfoto bareng dengan beliau.


foto bareng nih,, sama pak Tenas Effendi

Selasa, 14 Februari 2012

Tulisan Perdanaku terbit..!!
                          Pagi itu jum’at 10 februari lagi-lagi aku kesiangan bangun tidur. Lebih kurang pukul tujuh lewat aku bangun dari tempat tidurku. Dan bergegas shalat subuh. Yah..shalat apa sih itu? Mungkin orang pada bertanya demikian.  jam segitu baru bangun kecuali shalat duha. Tapi mau gimana lagi. Malamnya aku benar-benar kecapekan. Badanku serasa mendemam bukan main. Gimana tidak, pukul 01.00 pagi aku baru pulang dari mancing ikan di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. Saat disepeda motor saja aku sudah ketiduran berkali-kali namun sesekali aku dibangunin oleh temanku yang mengemudikan sepeda motornya. Aku dibelakang tak kuasa menahan kantuk yang mendera ditengah suhu udara pagi dari Pelalawan menuju pekanbaru yang begitu dingin. Setibanya dikosan, aku langsung mandi dan istirahat sejenak bercerita bersama salah seorang teman kosanku yang bernama yusroadi. Hingga pukul 02.30 pagi aku baru tidur. Bayangkan betapa minimnya waktu yang aku nikmati untuk tidur.
Setelah aku bangun dan shalat aku bergegas mencuci baju rendamanku dari tadi malam. Dan melanjutkan mandi pagi. Karena banyak agenda yang harus aku kerjakan hari ini. Diantarnya Pukul 09.00 pagi aku harus kekampus, mengerjakan laporan studioku bersama teman-teman dan siangnya aku mau pulang keperawang mengurus E-ktp bersama keluarga sekalian mengantarkan ikan hasil pancinganku tadi malam. Karna udah janji sama ibuku, ikannya mau ku bawa pulang.
Setelah mencuci,mandi pagi aku putuskan istirahat sejenak didepan televisi. Menyaksikan berita pagi dan becerita bersama teman-teman kosanku. Tiba-tiba Sebuah pesan masuk didalam Hp-ku. Tititt..titit... ya begitu nada sms handphone-ku.
Seketika itu juga, aku bergegas mengambil hp-ku dari tempat yang tidak jauh dari tempatku duduk. Pesan Sms pun  ku buka. aku kaget melihatnya, pesan tersebut berasal dari orang yang tidak asing lagi. dia adalah dosenku sekaligus Kajurku beliau seorang pengamat perkotaan Kota Pekanbaru yang bekerja juga sebagai manajer di LPJK (Lembaga Pengembangan jasa konstruksi yaitu pak Ir.Mardianto Manan MT. Seketika itu juga sms tersebut aku baca dan isinya sebagai berikut “Mantap Opininya, tapi masih kurang uirnya”. Aku pun bingung?/? “opini yang mana ya??.. perasaan aku udah beberapa hari mengirimkannya ke alamat email redaksi media cetak yang ada di Kota Pekanbaru dan itu pun juga banyak ada tiga tulisan yang aku kirimkan, Tapi apa baru keluar ya??”tanyaku dalam hati.
Seketika itu juga aku senang bukan main. Horee.....yayayayaa..seruku sambil merayakan keberhasilanku. Bahwa tulisan yang aku kirmkan masuk dalam media cetak. Tapi seketika itu juga langsung aku mencoba menanyakan kembali kepada bapak tersebut. Isi sms tersebut seperti ini
(aku):  “opini yang dimana ya pak? Blog juwanda atau di koran pak? Juwanda ncoba2”.
(Pak mardianto): “ koran metro hari ini”. Seketika itu juga aku membalas
(Aku):“makasih infonya pak”
Seketika itu juga, aku bergegas lari kekamar untuk mengambil uang dan mengengkol sepeda motorku menuju ketempat penjual koran yang letaknya tidak begitu jauh dari kosanku. dengan baju kaos putih yang lengannya sudah aku potong serta celana goyang hitamku. Biasanya baju tersebut aku kenakan untuk baju dalaman sehari-hari mengingat kondisinya yang kurang layak. Namun apalah artinya itu semua. Semua itu tidak aku perdulikan yang penting bagaimana aku bisa cepat melihat tulisanku yang terbit pagi ini dimedia cetak. Setibanya ditempat penjual koran, aku langsung menanyakan.
(Aku): “bang..koran metro ada nggak??” beliau menjawab “koran metro gak ada.. yang ada metro polis, metro polis didalam koran Riau Pos” serunya.
Aku pun berfikir “Seingat aku pun metropolis memang hanya ada didalam koran Riau Pos” Seketika itu juga aku mengambil koran Riau Pos tersebut yang terpajang didekat pintu roko toko tersebut. Dan langsung meminta izin dulu, “bang bisa liyat dulu kan?..ini ada yang mau cari” beliau menjawab “ya..” sambil menganggut. Maklum lah aku akrab juga sama mereka, karna sehari-hari aku sering kesitu untuk memotocopy,beli koran juga.
Aku pun bergegas membuka halaman koran tersebut satu persatu. Dengan terburu-buru. Namun setelah beberapa saat aku  mencari-cari. Tetap tidak ada.
Aku pun bingung. Dan bertanya sendiri” di koran mana ya, bapak ini bilang koran metro hari ini. Aku pun bergegas mengeluarkan hp dan meng-sms bapak tersebut.
(Aku): pak.. juwanda mau nanya. Koran Riau Pos terbitan tgl brp ya pak? Jwnda belum tahu pak..
Setelah beberapa menit menunggu sms balasan dari beliau. Akupun berinisiatif untuk pergi mencari koran yang bernama metro Riau. Karena seingat aku. Aku juga pernah mengirim email ke Redaksi Metro Riau. Seketika itu juga akau mengengkol kembali sepeda motorku dengan kencang. Seakan gelisah, “dimanalah tulisanku dimuat”?
Aku pun memutuskan mencari didekat jalan kaharudin nassution. Aku kelewatan pula. Terpaksa aku krocodele( melawan arah). Aku lihat diseberang jalan itu ada orang jualan majalah. Seketika itu juga aku titipkan sepeda motorku disebuah gang, kalau gak salah Gang: Pembangunan atau jalan pembangunan yah..?? ah.. gak penting deh. Aku pun langsung menyebarang jalan menuju tempat pedagang penjual koran.
Aku pun langsung melihat-lihat koran yang bernama metro Riau.
“Wah,,itu ada..!” senangya aku. Aku pun langsung menenyakan kepada penjual tersebut. Kebetulan yang jaga seorang anak sd/smp gitu lah.
(Aku):Bisa dilihat dulu gak dek? Kebetulan koran tersebut pun dalam keadaan di hekter jadi gak bisa dibuka.
(Si adik): “gak bisa bang..”.. ujarnya,Tanpa berfikir panjang, aku pun langsung membelinya. Dan menanyakan kepada adik tersebut.
(Aku): berapa harganya dik?... adik tersebut pun berkata
(Adik): “tunggu sebentar ya bang..” aku lihat dia memanggil ibunya untuk menanyakan hargannya. Adik tersebut pun akhirnya kembali dan berkata
(adik): “harganya tiga ribu bang..” akupun langsung mengeluarkan uang dari saku celanaku. Kebetulan uang yang aku bawa pas-pasan yaitu 2 lembar uang  kertas yang satu pecahan dua ribu rupiah dan seribu rupiah dan selogam uang lima ratus rupiah. Aku pun langsung membayarnya.
Dengan perasaan yang senang bukan main. Aku pun membetot sepeda motorku dengan kecaepatan yang begitu tinggi. Setibannya dikosan akau langsung memarkirkan sepeda motroku dan berlari masuk kekosanku dan membuka koran yang telah aku bawa. Aku buka hekter yang menjepit koran tersebut terlebih dahulu. Hingga akhirnya aku cari dan ku lihat setiap judul pada halaman. Tapi apa yang terjadi?? Hingga berkali-kali aku buka dan kulihat serta aku bolak-balik itu koran yang bernama metro Riau tetap juga gak ada. Akupun pusing.. dan marah. Dimana lah ya...!!!
Aku pun langsung mencoba menghubungi pak mardianto. Beberapa kali aku coba menghubungi beliau tapi tetap juga tidak di angkat. Dalam hatiku gelisah dan bertanya “kemana lah bapak ne??” aku pun mondar-mandir didalam ruangan dan aku putuskan untuk mencoba meng-sms saja. Kira-kira seperti ini sms yang aku kirim
(aku): assllmmm...
Pak, maaf jwnda mau nnya pak. Juwanda sdh lyt koran metro riau nya. Tp gak ada ya pak? Bpk td liyatnya  di korn apa pak?
Setelah beberapa saat kemudian sms pun masuk. Sms tersbut dari pak mardianto yang berisi sebagi berikut.
(Pak mardianto): “tadi sy lihat di metro atau haluan ya.
Pokok ada di opini hari ini, cek aja kemana pernah dikirim.”
Aku pun langsung berfikir-fikri kembali dan mengingat kembali kemana saja aku pernah mengirimkan tulisan. Filling aku berkata “tulisan terakhir aku berbau tentang sumbar yang terinspirasi ketika aku melakukan liburan kesana. Jangan-jangan dihaluan Riau gak y..? karna Haluan Riau punya orang sumbar yaitu BASKO (Basrizal Koto)”
Tanpa fikir panjang aku kembali kekamar untuk megambil uang. Seketika itu juga aku bergegas pergi kembali ketempat penjual koran yang tidak jauh dari kos-kosanku.
Setibanya disitu, aku langsung mengambilnya dan menyerahkan uangnnya. setelah uang sisa pembelian koran tersebut dikembalikan, aku langsung cabut dan membetot gas motorku kencang-kencang. Hatiku berkata” pasti tulisanku ada disini, gak akan meleset lagi”..
Setibanya dikosan. Aku langsung membuka koran tersebut. dan satu-persatu halaman koran tersebut tidak luput dari mataku. Akhirnnya.....yang aku cari-cari..dapat juga. Terpampang sebuah judul dikolom atas tulisan tersebut.
“Perlu Keterlibatan Budayawan, Oleh: Juwanda Putra”
“Maaf yahh.. judulnya aku tebalin. Ini luapan emosi kebahagiaanku. Setelah aku harus melewati proses yang panjang untuk mencari sebuah koran yang memuat tulisan calon pengamat perkotaan dan wilayah masa akan datang”. aku lanjutin lagi ya..
Setelah membaca judul halaman tulisanku. Aku seakan tidak percaya. Secara perlahan-lahan aku hayati,cermati tulisanku satu-persatu. Dan aku langsung memanggil teman-teman kosanku yaitu: afriza,yusroadi yang sejak tadi mengikuti kegiranganku dimulai dari menerima kabar dari pak mardianto.
Ja..!! sebutan biasa aku memanggil “Tulisanku keluar ja” seruku dengan semangat.  Lihat ini.  Hahaha... dia pun datang dan menjawab “mana jun” panggilan sehari-hariku dikosan. “Nie..haaa..” jawabku sambil memberikan koran tersebut kepadannya. Dia pun melihatnya. Dan aku langsung melihat ekspresi raup wajahnya. Aku pun gak tau apa yang dia fikrikan. Tapi yang jelas aku senang sekali. Dan sesaat dia membaca tulisanku. Aku pun bertanya dalam hatiku ”kok beda ya, judul tulisan yang aku kirimkan sama yang ada di koran?” sembari aku membaca kembali tulisan asliku didalam blogku yang asli. Aku pun berkesimpulan. “oh..ini namanya telah melewati proses editan yang dilakukan oleh seorang editur sebelum tulisan tersebut dimuat, tapi gak apa-apa lah yang penting aku bisa memasukan tulisanku didalam media cetak untuk pertama kali” bagaimana tidak dengan proses yang cukup relatif sigkat Cuma 1 sampai 2 kali dengan judul tulisan yang berbeda-beda. Yang aku kirimkan ke semua alamat redaksi media cetak yang ada di Kota Pekanbaru  langsung keluar. Seingat aku pak mardianto pernah bilang, “saya saja berkali-kali memasukannya. Yang ke 20-nya baru terbit”. Kebayang bukan memuat tulisan ke surat kabar lumayan sulit terlebih tanpa adanya kenalan orang dalam. Tapi aku senang aku memasukannya tanpa ada kenalan orang dalam kok. Ini murni hasil sendiri.
Aku pun bersyurkur dan berterimaksi kepada Gusti Allah yang udah memberikan nikmat dan rezeki yang tidak terkira akhir-akhir ini. Dimulai dari mancing ikan yang dapat besar dan aku menilai itu sebuah kerja keras dan keberuntunganku ditambah lagi hari ini tulisanku terbit. Allhamdulillah deh pokoke...
Tapi dari semua hal tersebut ,terutama keberhasilanku dalam membuat opini tidak terlepas dari usaha dan do’a serta kerja kerasku. Aku hanya ingin buktikan aku ”BISA” aku gak mau hidup sukses dalam proses pendomplengan atau pun sukse dengan cara menumpang dari nama besar orang sukses disekitarku. Karena aku ingat betul ceramah yang sering diputar teman sekamarku dari almarhum Ustdz. Zaiuddin Mz. Yang isinya kurang lebih “Jadilah pribadi yang apa adanya” berani menunjukan kesuksesan hasil,karya sendiri,keberhasilannya sendiri tanpa embel-embel dari nama besar orang lain. Inilah pribadi tangguh. Besar,sukses berkat usaha sendiri. Dan yang kedua aku juga ingat sekali pepatah tunjuk ajar melayu yang sering dilanturkan oleh budayawan Riau yaitu, Bpk/Kakek Tenas Efendi di RTV(Riau Televisi) yang kurang lebih seperti ini”jadilah Pribadi melayu yang mandiri jangan bergantung di kesuksesan orang lain” meskipun aku sendiri bukan orang melayu tapi aku orang jawa yang tinggal di tanah melayu. Mau gak mau harus ngikutin tapi ngikutin dalam hal positif yang negatif jangan diikutin. jadi jelas bukan..? baik dalam agama dan budaya melayupun hidup mandiri dan berusaha sendiri itu sangat dianjurkan.
Meskipun realitannya orang-orang di Riau kalau gak ada faktor “X” JANGAN HARAP BISA INI,ITU, JADI INI, ITU DUDUK DI INI,ITU.dikutip dan di kembangkan dari (KATA KATO KOTA KITA, Mardianto Manan 37,2010)
Ini langkah awal menuju kesuksesan dan cita-citamu juwanda putra. Semangat dan terus semangat terus berdoa.

Selasa, 07 Februari 2012

OTAK-ATIK KOTA: Benarkah dominasi penduduk asli turut berpengaruh?...

OTAK-ATIK KOTA: Benarkah dominasi penduduk asli turut berpengaruh?...: Polemik yang bermunculan ditengah masyarakat menanggapi keberadaan Tugu Zapin yang beral...

Benarkah dominasi penduduk asli turut berpengaruh??



            Polemik yang bermunculan ditengah masyarakat menanggapi keberadaan Tugu Zapin yang beralih nama menjadi tugu titik nol memang suatu hal yang terkesan sangat wajar. Sebuah perencanaan yang terkesan tidak memenuhi harapan dan keinginan oleh berbagai pihak mungkin itu alasan yang mendasarinya. Sehingga menimbulkan perdebatan disana-sini kusus hanya untuk membahas makna,arti sebuah tugu yang tidak memenuhi unsur seni,kebudayaan,nilai-nilai agama dari marwah budaya melayu Riau itu sendiri. Selain itu, hal lain yang disesalkan ditengah masyarakat ketika sebuah perencanaan tidak memenuhi harapan adalah masalah biaya yang terhitung sangat besar dan hasilnya tidak memenuhi harapan sehingga menimbulkan kesan mubajir.
Ditinjau dari perspektif sebuah perencanaan, sejatinya proses perencanaan merupakan suatu hal kompleks dan harus melibatkan berbagai stakeholder terkait terlebih untuk mengkonsep sebuah  perencanaan yang membawa nilai-nilai seni dan kebudayaan lokal.
Namun dibalik polemik itu semua, ada hal-hal yang diabaikan oleh kita semua dan hal ini menuntut pemerintah dan para ahli budayawan asli Riau serta ahli akademisi yang memiliki basic didalam perencanaan  untuk saling bekerja sama didalam mengkonsep sebuah perencanaan yang diharapkan dapat mewujudkan harapan dan keinginan semua elemen masyarakat sesuai dengan Visi dan Misi Propinsi Riau mendatang yaitu, menjadikan Propinsi Riau sebagai pusat kebudayaan melayu pada tahun 2020.
            Hal yang di abaikan oleh kita semua tanpa kita sadari menurut penulis yaitu, masalah keragaman penduduk dan budaya yang membawa pengaruh yang sangat penting didalam tumbuh dan berkembangnya suatu Kota dalam memberikan identitas pada kota itu sendiri.
Propinsi Riau sendiri memiliki 10 Kabupaten 2 Kota  dan 151 Kecamatan
Serta 1.622 Desa/Kelurahan (Sumber : BPS Provinsi Riau, 2010). Berdasarkan komposisi suku yang ada di Propinsi Riau, diketahui bahwa suku asli yang mendiami propinsi Riau yaitu suku melayu itu sendiri hanya memiliki presentase sebesar 37,74% dan selebihnya didominasi oleh suku Jawa sebesar 25,05%,Minang Kabau 11,26%,Batak 7,31%, Banjar 3,78%,Tionghoa 3,72%,Bugis 2,27% lain-lain sebesar 8,87%.
Dari presentasi tersebut dapat kita ceramati bahwa dominasi suku melayu yang ada saat ini kurang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan kebudayaan melayu pada masing-masing kabupaten dan Kota. Terutama pada Kota Pekanbaru sendiri. Sehingga hal tersebut memberikan implikasi terhadap ketidak pahaman masyarakat Riau secara menyeluruh mengenai seni,budaya melayu Riau.
Sebagai contoh, Jika sekilas saja kita melirik Propinsi Sumatera Barat. Hampir seluruh Kabupaten dan Kotanya hingga tingkat desanya memiliki ciri khas kebudayaan yang sama. Hal tersebut terlihat dari bangunan arsitektur,Tugu dan simbol-simbol lainnya yang kental bernuansa kedaerahan yang mencerminkan jati diri Propinsi Sumatera Barat. Hal tersebut tidak tidak terlepas dari peran dominasi Suku asli daerah setempat yang memiliki suku dan kebudayaan yang homogen yang diwariskan secara turun-menurun dibantu dengan kepedulian pemerintah dan pemangku adat,ahli akademisi terkait didalam membantu mengembangkan dan memanjukan seni dan kebudayaan lokal menghadapi perkembangan zaman.
Lantas bagiamana dengan Propinsi Riau? Mungkin pembaca yang budiman sendiri yang dapat menilainya.
Jika memang demikian ini merupakan tantangan besar bagi pemerintah Propinsi Riau didalam memajukan seni dan kebudayaan Riau kedepannya. Ditengah keheterogenan suku dan penduduk yang ada di Propinsi Riau, hendaknya pemerintah yang paling berinisiatif didalam merangkul budayawan serta ahli akademisi terkait seperti ahli perencanaan dan ahli akademisi lainnya didalam menggali kembali seni,kebudayaan asli Riau dan membangkitkannya sebagai jati diri Propinsi Riau. Melalui konsep-konsep perencanaan pembangunan yang memiliki nilai seni,kebudayaan yang mempertahankan kearifan lokal khas Riau serta mempertahankan warisan-warisan kebudayaan masa lampau sebagai Urban Haritage  atau landmark Kota yang mencerminkan identitas suatu Kota menuju visi dan Misi Propinsi Riau pada 2020.