Sebagai
satu-satunya moda transportasi masal yang bergengsi di Kota Pekanbaru, keberadaan
transmetro Pekanbaru bisa dikategorikan menjadi barometer wajah transportasi
Ibu Kota Propinsi Riau dikancah lokal maupun regional. Mengingat moda
transportasi umum yang satu ini memiliki ciri khas yang menunjukan jati diri
Kota Pekanbaru dengan sokongan berbagai fasilitas dan layanan yang terhitung
cukup elok dibandingkan dengan moda transportasi lainnya seperti bus kota,
oplet.
Transmetro Pekanbaru yang resmi diluncurkan sejak 18 juni
2009 lalu, sudah sepatutnya kian hari menunjukan grafik prestasi yang
membahagiakan dan melegakan hati serta yang paling penting bisa menurunkan minat
warga Kota Pekanbaru untuk tidak serta merta harus bepergian menggunakan kendaraan pribadi, dengan begitu
efek kemacetan berlalulintas di Kota Pekanbaru diharapkan bisa diminimalisir
berkat adanya sarana angkutan umum masal (SAUM) tersebut.
Kondisi salah satu Halte Transmetro Kota Pekanbaru yang dikerumuni antrian penumpang |
Bagaimana tidak? Potret carut-marut per-transportasi-an kita yang satu ini, kondisinya menunjukan kesan
yang sangat jauh dari harapan kita semua untuk memberikan pelayanan yang
bermutu dan berkualitas tinggi dari segi kelancaran, kemudahan bagi para penggunanya.
Berdasarkan kondisi eksisiting dilapangan, masih banyak
ditemukannya berbagai permasalahan-permasalahan yang kompleks dan cukup mendasar
yang perlu segera untuk ditangani demi mewujudkan kualitas dan mutu pelayanan
yang tinggi diantaranya:
1. Ketersediaan
prasarana berupa jalan yang masih belum sepenuhnya bisa mengakomodir untuk dilalui
merupakan permasalahan yang perlu menjadi perhatian serius, jika kita mau
sedikit saja meluangkan waktu untuk melihat dan mengamati secara dekat ketika transmetro
memasuki koridor jalan Kaharudin Nassution, kondisi ruas jalan pun seakan menjadi sesak
dan sukar untuk dilalui oleh kendaraan lainnya hanya menyisahkan ruas jalan ± 1-2
meter, tidak jarang berujung terjadinya kemacetan lalulintas. Kondisi ini
tentunya mengakibatkan dampak seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan
penumpang lainnya yang sudah membeli tiket menjadi terganggu.
Selain
itu, Kondisi ruas jalan yang begitu sesak terkadang juga menimbulkan rasa kecemasan
(takut keseruduk dan tersenggol) bagi para pengguna sepeda
motor ketika tahu
bus
tersebut telah berada dibelakangnya.
2.
Kondisi
halte yang memperihatinkan dan terkesan tidak terawat. Dimulai dari kaca halte
yang pecah disana-sini akibat perilaku oknum masyarakat yang belum memiliki
kesadaran menjaga sarana umum perkotaan secara bersama, terdapatnya
coret-coretan pada halte, brosur iklan, koran-koran yang tertempel di kaca-kaca
halte, halte yang belum memiiliki standar yang sama alias non permanen yang
kondisinya kusam tidak menentu teronggok dipinggir jalan begitu saja, tidak
jarang juga ditemui bus transmetro yang menurunkan penumpang diluar halte tak
ayal kualitas dan mutu pelayanan transmetro Pekanbaru terksesan lambat laun
kualitasnya menyerupai bus kota pun tak ada bedanya. Ditambah lagi tidak adanya
fasilitas halte untuk para penyandang cacat, lampu penerangan halte yang tidak
jelas kemana perginya. Jangankan lampu, meteran PLN-nya pun sudah lenyap.
3.
Sistem
dan mutu pelayanan penumpang yang masih buruk.
Dimulai
dari jadwal waktu kedatangan dan keberangkatan bus transmetro yang tidak
menentu sehingga menyebabkan enggannya masyarakat memilih moda transportasi
ini. Padahal didalam prinsip penyelenggaraan transportasi umum pada dasarnya harus
menjamin rasa aman, nyaman, mudah, ekonomis, lancar (tepat waktu), ramah
lingkungan (Sadyohutomo, 2009). Dengan begitu akan mendorong minat masyarakat
untuk memilih moda transpotasi yang satu ini.
Selain
itu, sistem penjualan tiket beberapa waktu belakangan ini yang masih tidak
jelas dan sukar ditemui akibat tidak dilanjutkannya lagi kontrak kerja petugas
penjual tiket dapat mempengaruhi citra buruknya pelayanan transmetro yang
secara tidak langsung sudah terseting difikiran masyarakat yang terlanjur
kecewa sehingga berakibat terjadi penurunan minat dan antusias dari masyarakat
untuk menggunakan moda transportasi tersebut, sekalipun kondisi didalam bus
transmetro begitu aman dan nyaman.
Kondisi demikian jika tidak dilakukan pembenahan secara
komprehensif (menyeluruh) serta didukung dengan keseriusan dari penyelenggara sarana
angkutan umum masal (SAUM) secara berlanjut, tentunya dapat dipastikan akan
berdampak buruk terhadap nasib transmetro kedepannya. Jangan sampai meimbulkan
persepsi ditengah masyarakat keberadaan transmetro hanya terkesan main-main. Mengingat begitu besarnya
anggaran dari pusat (APBN) yang digelontorkan untuk pengadaan transmetro
tersebut, sudah sepatutnya pula dikelola dengan sebaik-baiknya.
Belum lagi ditambah recana Pak Wali pada tahun 2013 untuk
mengaktifkan enam koridor bus transmetro Pekanbaru dengan tambahan 70 unit awak
bus dengan menggunakan anggaran sebesar 20 miliar pada tahun 2013 dengan
mengalihkan pengelolaan SAUM transmetro Pekanbaru keperusahaan daerah (PD) yang
diprediksi akan berkolaborasi dengan pihak konsorsium dan PO.
Jika permasalahan diatas mampu dibenahi melalui sistem
dan manajemen yang baik, terlebih dengan kehadiran PD dalam pengelolaan
transmetro Pekanbaru kedepan, tentunya harapan besar pemerintah Kota Pekanbaru
terhadap moda transportasi yang digadang-gadang mampu merubah kebiasaan pola
aktivitas masyarakat Kota Pekanbaru yang selama ini lebih cenderug menggunakan
kendaraan pribadi akan menuai sukses. Baik dalam meminimalisir jumlah pengguna
kendaraan pribadi dengan mengalihkan minat masyarakat untuk menggunakan moda
transportasi umum serta keuntungan lanjutan yang bisa diperoleh dari sisi
finansial (PAD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar