Laman

Rabu, 16 Januari 2013

Benahi Transmetro secara Komprehensif




              Sebagai satu-satunya moda transportasi masal yang bergengsi di Kota Pekanbaru, keberadaan transmetro Pekanbaru bisa dikategorikan menjadi barometer wajah transportasi Ibu Kota Propinsi Riau dikancah lokal maupun regional. Mengingat moda transportasi umum yang satu ini memiliki ciri khas yang menunjukan jati diri Kota Pekanbaru dengan sokongan berbagai fasilitas dan layanan yang terhitung cukup elok dibandingkan dengan moda transportasi lainnya seperti bus kota, oplet.
Transmetro Pekanbaru yang resmi diluncurkan sejak 18 juni 2009 lalu, sudah sepatutnya kian hari menunjukan grafik prestasi yang membahagiakan dan melegakan hati serta yang paling penting bisa menurunkan minat warga Kota Pekanbaru untuk tidak serta merta harus bepergian  menggunakan kendaraan pribadi, dengan begitu efek kemacetan berlalulintas di Kota Pekanbaru diharapkan bisa diminimalisir berkat adanya sarana angkutan umum masal (SAUM) tersebut.
Kondisi salah satu Halte Transmetro Kota Pekanbaru yang dikerumuni antrian penumpang 
Bagaimana tidak? Potret carut-marut per-transportasi-an kita yang satu ini, kondisinya menunjukan kesan yang sangat jauh dari harapan kita semua untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas tinggi dari segi  kelancaran, kemudahan bagi para penggunanya.
Berdasarkan kondisi eksisiting dilapangan, masih banyak ditemukannya berbagai permasalahan-permasalahan yang kompleks dan cukup mendasar yang perlu segera untuk ditangani demi mewujudkan kualitas dan mutu pelayanan yang tinggi diantaranya:
1.  Ketersediaan prasarana berupa jalan yang masih belum sepenuhnya bisa mengakomodir untuk dilalui merupakan permasalahan yang perlu menjadi perhatian serius, jika kita mau sedikit saja meluangkan waktu untuk melihat dan mengamati secara dekat ketika transmetro memasuki koridor jalan Kaharudin Nassution,  kondisi ruas jalan pun seakan menjadi sesak dan sukar untuk dilalui oleh kendaraan lainnya hanya menyisahkan ruas jalan ± 1-2 meter, tidak jarang berujung terjadinya kemacetan lalulintas. Kondisi ini tentunya mengakibatkan dampak seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan penumpang lainnya yang sudah membeli tiket menjadi terganggu.
Selain itu, Kondisi ruas jalan yang begitu sesak terkadang juga menimbulkan rasa kecemasan (takut keseruduk dan tersenggol) bagi para pengguna sepeda motor ketika tahu
bus tersebut telah berada dibelakangnya.
2.      Kondisi halte yang memperihatinkan dan terkesan tidak terawat. Dimulai dari kaca halte yang pecah disana-sini akibat perilaku oknum masyarakat yang belum memiliki kesadaran menjaga sarana umum perkotaan secara bersama, terdapatnya coret-coretan pada halte, brosur iklan, koran-koran yang tertempel di kaca-kaca halte, halte yang belum memiiliki standar yang sama alias non permanen yang kondisinya kusam tidak menentu teronggok dipinggir jalan begitu saja, tidak jarang juga ditemui bus transmetro yang menurunkan penumpang diluar halte tak ayal kualitas dan mutu pelayanan transmetro Pekanbaru terksesan lambat laun kualitasnya menyerupai bus kota pun tak ada bedanya. Ditambah lagi tidak adanya fasilitas halte untuk para penyandang cacat, lampu penerangan halte yang tidak jelas kemana perginya. Jangankan lampu, meteran PLN-nya pun sudah lenyap.
3.      Sistem dan mutu pelayanan penumpang yang masih buruk.
Dimulai dari jadwal waktu kedatangan dan keberangkatan bus transmetro yang tidak menentu sehingga menyebabkan enggannya masyarakat memilih moda transportasi ini. Padahal didalam prinsip penyelenggaraan transportasi umum pada dasarnya harus menjamin rasa aman, nyaman, mudah, ekonomis, lancar (tepat waktu), ramah lingkungan (Sadyohutomo, 2009). Dengan begitu akan mendorong minat masyarakat untuk memilih moda transpotasi yang satu ini.
Selain itu, sistem penjualan tiket beberapa waktu belakangan ini yang masih tidak jelas dan sukar ditemui akibat tidak dilanjutkannya lagi kontrak kerja petugas penjual tiket dapat mempengaruhi citra buruknya pelayanan transmetro yang secara tidak langsung sudah terseting difikiran masyarakat yang terlanjur kecewa sehingga berakibat terjadi penurunan minat dan antusias dari masyarakat untuk menggunakan moda transportasi tersebut, sekalipun kondisi didalam bus transmetro begitu aman dan nyaman.
Kondisi demikian jika tidak dilakukan pembenahan secara komprehensif (menyeluruh) serta didukung dengan keseriusan dari penyelenggara sarana angkutan umum masal (SAUM) secara berlanjut, tentunya dapat dipastikan akan berdampak buruk terhadap nasib transmetro kedepannya. Jangan sampai meimbulkan persepsi ditengah masyarakat keberadaan transmetro hanya  terkesan main-main. Mengingat begitu besarnya anggaran dari pusat (APBN) yang digelontorkan untuk pengadaan transmetro tersebut, sudah sepatutnya pula dikelola dengan sebaik-baiknya.
Belum lagi ditambah recana Pak Wali pada tahun 2013 untuk mengaktifkan enam koridor bus transmetro Pekanbaru dengan tambahan 70 unit awak bus dengan menggunakan anggaran sebesar 20 miliar pada tahun 2013 dengan mengalihkan pengelolaan SAUM transmetro Pekanbaru keperusahaan daerah (PD) yang diprediksi akan berkolaborasi dengan pihak konsorsium dan PO.
Jika permasalahan diatas mampu dibenahi melalui sistem dan manajemen yang baik, terlebih dengan kehadiran PD dalam pengelolaan transmetro Pekanbaru kedepan, tentunya harapan besar pemerintah Kota Pekanbaru terhadap moda transportasi yang digadang-gadang mampu merubah kebiasaan pola aktivitas masyarakat Kota Pekanbaru yang selama ini lebih cenderug menggunakan kendaraan pribadi akan menuai sukses. Baik dalam meminimalisir jumlah pengguna kendaraan pribadi dengan mengalihkan minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum serta keuntungan lanjutan yang bisa diperoleh dari sisi finansial (PAD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar