Laman

Selasa, 07 Februari 2012

Benarkah dominasi penduduk asli turut berpengaruh??



            Polemik yang bermunculan ditengah masyarakat menanggapi keberadaan Tugu Zapin yang beralih nama menjadi tugu titik nol memang suatu hal yang terkesan sangat wajar. Sebuah perencanaan yang terkesan tidak memenuhi harapan dan keinginan oleh berbagai pihak mungkin itu alasan yang mendasarinya. Sehingga menimbulkan perdebatan disana-sini kusus hanya untuk membahas makna,arti sebuah tugu yang tidak memenuhi unsur seni,kebudayaan,nilai-nilai agama dari marwah budaya melayu Riau itu sendiri. Selain itu, hal lain yang disesalkan ditengah masyarakat ketika sebuah perencanaan tidak memenuhi harapan adalah masalah biaya yang terhitung sangat besar dan hasilnya tidak memenuhi harapan sehingga menimbulkan kesan mubajir.
Ditinjau dari perspektif sebuah perencanaan, sejatinya proses perencanaan merupakan suatu hal kompleks dan harus melibatkan berbagai stakeholder terkait terlebih untuk mengkonsep sebuah  perencanaan yang membawa nilai-nilai seni dan kebudayaan lokal.
Namun dibalik polemik itu semua, ada hal-hal yang diabaikan oleh kita semua dan hal ini menuntut pemerintah dan para ahli budayawan asli Riau serta ahli akademisi yang memiliki basic didalam perencanaan  untuk saling bekerja sama didalam mengkonsep sebuah perencanaan yang diharapkan dapat mewujudkan harapan dan keinginan semua elemen masyarakat sesuai dengan Visi dan Misi Propinsi Riau mendatang yaitu, menjadikan Propinsi Riau sebagai pusat kebudayaan melayu pada tahun 2020.
            Hal yang di abaikan oleh kita semua tanpa kita sadari menurut penulis yaitu, masalah keragaman penduduk dan budaya yang membawa pengaruh yang sangat penting didalam tumbuh dan berkembangnya suatu Kota dalam memberikan identitas pada kota itu sendiri.
Propinsi Riau sendiri memiliki 10 Kabupaten 2 Kota  dan 151 Kecamatan
Serta 1.622 Desa/Kelurahan (Sumber : BPS Provinsi Riau, 2010). Berdasarkan komposisi suku yang ada di Propinsi Riau, diketahui bahwa suku asli yang mendiami propinsi Riau yaitu suku melayu itu sendiri hanya memiliki presentase sebesar 37,74% dan selebihnya didominasi oleh suku Jawa sebesar 25,05%,Minang Kabau 11,26%,Batak 7,31%, Banjar 3,78%,Tionghoa 3,72%,Bugis 2,27% lain-lain sebesar 8,87%.
Dari presentasi tersebut dapat kita ceramati bahwa dominasi suku melayu yang ada saat ini kurang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan kebudayaan melayu pada masing-masing kabupaten dan Kota. Terutama pada Kota Pekanbaru sendiri. Sehingga hal tersebut memberikan implikasi terhadap ketidak pahaman masyarakat Riau secara menyeluruh mengenai seni,budaya melayu Riau.
Sebagai contoh, Jika sekilas saja kita melirik Propinsi Sumatera Barat. Hampir seluruh Kabupaten dan Kotanya hingga tingkat desanya memiliki ciri khas kebudayaan yang sama. Hal tersebut terlihat dari bangunan arsitektur,Tugu dan simbol-simbol lainnya yang kental bernuansa kedaerahan yang mencerminkan jati diri Propinsi Sumatera Barat. Hal tersebut tidak tidak terlepas dari peran dominasi Suku asli daerah setempat yang memiliki suku dan kebudayaan yang homogen yang diwariskan secara turun-menurun dibantu dengan kepedulian pemerintah dan pemangku adat,ahli akademisi terkait didalam membantu mengembangkan dan memanjukan seni dan kebudayaan lokal menghadapi perkembangan zaman.
Lantas bagiamana dengan Propinsi Riau? Mungkin pembaca yang budiman sendiri yang dapat menilainya.
Jika memang demikian ini merupakan tantangan besar bagi pemerintah Propinsi Riau didalam memajukan seni dan kebudayaan Riau kedepannya. Ditengah keheterogenan suku dan penduduk yang ada di Propinsi Riau, hendaknya pemerintah yang paling berinisiatif didalam merangkul budayawan serta ahli akademisi terkait seperti ahli perencanaan dan ahli akademisi lainnya didalam menggali kembali seni,kebudayaan asli Riau dan membangkitkannya sebagai jati diri Propinsi Riau. Melalui konsep-konsep perencanaan pembangunan yang memiliki nilai seni,kebudayaan yang mempertahankan kearifan lokal khas Riau serta mempertahankan warisan-warisan kebudayaan masa lampau sebagai Urban Haritage  atau landmark Kota yang mencerminkan identitas suatu Kota menuju visi dan Misi Propinsi Riau pada 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar