Laman

Selasa, 17 Juli 2012

Memandang konflik sosial dari ketersediaan Ruang Terbuka


                 Melihat dan mengikuti kondisi akhir-akhir ini yang terjadi di Kota Pekanbaru sungguh sangat merisaukan. Belum lagi masalah banjir yang tidak kunjung teratasi hingga saat ini. Sehingga saat memasuki musim penghujan tiba, banjir seakan merupakan santapan wajib bagi masyarakat Kota Pekanbaru yang tidak bisa terlewatkan. Selain itu, problem macet yang sangat menjenuhkan tanpa disadari memberikan efek stress bagi para pengguna kendaraan, yang dominan merupakan masyarakat kota Pekanbaru.
Dan yang tak kalah heboh-nya baru-baru ini adalah masalah perusakan Kantor Mapolresta Kota Pekanbaru dan fasilitas umum lainnya,  yang dilakukan oleh para geng motor Kota Pekanbaru. Diketahui para pelakunya merupakan pelajar yang masih duduk dibangku sekolah. 
          Apa yang  dilakukan mereka sungguh kontras dan bertolak belakang dengan apa yang seharusnya dilakukan pelajar di usia seperti mereka. Generasi muda yang merupakan harapan untuk generasi penerus bangsa seakan jauh dari apa yang tergambarkan hari ini.
Dari uraian diatas, semua merupakan bagian dari fenomena masalah perkotaan. Tidak hanya di Kota Pekanbaru saja, Kota-kota besar yang ada di Indonesia seakan tidak lepas dari fenomena tersebut. seperti Kota Jakarta yang merupakan Ibu Kota-nya Indonesia tidak luput dari permasalahan tersebut.
         Perkembangan Kota Pekanbaru dewasa ini menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Ditandai dengan pesat-nya pembangunan gedung-gedung bertingkat, beralih fungsi-nya penggunaan lahan berganti dengan bangunan komersil  yang mengarah kepada konsep kota modern. Namun mengabaikan aspek kenyamanan masyarakat penghuni kota-nya itu sendiri terkesan kurang memanusiakan manusia.
Ketersedian Ruang terbuka atau ruang publik di Kota Pekanbaru tampak masih belum memenuhi harapan. Perhatikan saja, dimana masyarakat kota Pekanbaru bisa memanfaatkan Ruang-Ruang Publik yang berfungsi sebagai wadah untuk menjalin interaksi sosial sesama masyarakat Kota Pekanbaru? Padahal Kota identik dengan tinggi-nya tingkat individualisme, tempat-nya orang-orang stress yang selalu disibukan oleh pekerjaan dan rutinitas lainnya. Hanya setiap akhir pekan saja masyarakat Kota bisa berlibur dan menghilangkan stress. Itu pun hanya memilih untuk berdiam diri menghabiskan waktu bersama keluarga. Lantas bagaimana interaksi sosial antara masyarakat itu sendiri bisa terjalin?  Jika selama ini kita tahu dan sering memanfaatkan Taman Kota, Hutan Kota, kawasan Purna MTQ sebagai wadah untuk berlibur,berekreasi, berolah raga. Perlahan-lahan mulai beralih fungsi dan lambat laun menghilang dan kehilangan fungsi utamnya. Selain itu, tidak cukup hanya dengan menjadikan jalan Gajah Mada dan Jalan Diponogoro sebagai tempat car Freeday (Hari bebas kendaraan). biasa-nya solusi seperti ini merupakan solusi alternatif yang dibuat oleh pemerintah dan instansi terkait ditengah tinggi-nya kebutuhan akan Ruang Publik yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana interaksi sosial masyarakat Kota.
                Memandang masalah Pengerusakan yang dilakukan oleh para pelajar merupakan sebuah pertanda mulai terjadi-nya gejala sosial didalam masyarakat Kota Pekanbaru. Dimulai dari semakin minim-nya ketersedian Ruang-ruang publik untuk mereka para pelajar yang ingin menyalurkan hobi dan kreatifitas seakan tidak bisa tersalurkan dengan baik. Wajar ajang perkumpulan yang mengarah kepada hal-hal negatif sangat mudah terjadi. Sehingga diperlukannya arahan dan konsep perencanaan,pembangunan Kota Pekanbaru kepada konsep yang mengarah kepada Perencanaan Humanopolis, yaitu Kota yang lembut dan manusiawi, kota yang memanusiakan manusia serta penghuni-nya dengan memberikan Ruang untuk masyarakat dalam berinteraksi dan menjalin hubungan sosial sesama masyarakat . Dengan penciptaan ruang perkotaan yang bersifat publik seperti menyediakan jaringan Pedestrian bagi pejalan kaki, selain itu perlu dimanusiawikannya bangunan-bangunan megah,canggih yang ada di Kota kita dengan  menyediakan perlatan terbuka atau pedestrial mall yang dilengkapi dengan berbagai perabot seperti bangku,patung,jam,lampu hias,air mancur. Selain itu ruang-ruang pribadi seperti bangunan gedung sebaiknya saling dihubungkan satu sama lain-nya. agar terjalin sebuah kesatuan yang terharmonisasi dengan ruang perkotaan yang bersifat sosial. Dengan adannya ruang publik sebagai ruang sosial inilah yang nantinya akan menjadi perekat bagi tumbuhnya rasa kebersamaan dan kekentalan komunitas didalam perkotaan. Sehingga konflik sosial seperti yang belakangan terjadi bisa diantisipasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar