Laman

Sabtu, 24 Desember 2011

“Kaharudin Nassution yang selalu banjir”


“Kaharudin Nassution yang selalu banjir”
Hampir setiap musim penghujan tiba fenomena banjir tiada henti-hentinya menggelayuti jalan yang bernama Kaharudin Nassution yang merupakan nama almarhumah Mantan Gubernur Provinsi Riau.
Ditengah perkembangannya kota pekanbaru tidak lepas dari masalah-masalah perkotaan yang cukup kompleks yang hampir menyita waktu, pikiran kita semua terutama masalah banjir yang tak kunjung teratasi dimulai dari Masalah Master Plan Drainase ( Perencanaan Induk Drainase) Kota Pekanbaru yang sampai saat ini belum diketahui bagaimana kelanjutan pengerjaannya. Pada hal dengan adanya Master Plan tersebut pemerintah dapat mengidentifikasi serta mengambil langkah serius dalam penanganan banjir terkait hasil temuan yang tersebar diseluruh kota Pekanbaru.
Hal serupa juga terjadi pada jalan kaharudin nasution  tepatnya pada koridor jalan didepan kampus yang kita cintai ini sampai simpang tiga planet swalayan. Dikala hujan tiba seakan segala bentuk aktivitas dan rutinitas masyarakat menjadi terganggu akibat banjir yang terkadang juga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Tentunya hal ini sangat mengganggu kita semua terutama dari segi kelancaran berkendara, ketika mahasiswa –mahasiswi universitas islam riau hendak menuju kampus. Lantas sebenarnya apa yang terjadi?
Semua itu tidak lepas dari beberapa faktor:
1.      Kondisi Topografi jalan Kaharudin Nassution yang bersifat landai tampak terlihat dari sudut Pagar Kampus Universitas islam riau sampai menuju simpang tiga Planet swalayan,  dengan kondisi yang demikian tentunya ketika air hujan tiba pergerakan air pun secara tidak langsung akan menuju ke daerah yang lebih rendah.
2.      Masih belum maksimalnya fungsi dan peran drainase pada jalan kaharudin nassution sendiri seperti masih adanya drainase yang tersumbat sehingga menghambat koneksi pergerakan air yang akan mengalir dan wajar saja suatu ketika air yang mengalir terkesan bingung akan menuju kemana disinilah air akan terakumulasi pada satu titik atau tempat dan berujung dengan terjadinya genangan air.
3.      Pesatnya pembangunan dinilai juga turut andil dalam mengurangi kawasan resapan air, pada hal kawasan resapan berupa sempadan bangunan yang semestinya mampu dimanfaatkan secara optimal dalam menyerap air ketika air permukaan seperti air hujan datang tidak langsung melimpah menuju drainase.
4.      Pola hidup masyarakat yang dinilai kurang bersahabat terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan masih saja terus dilakukan pada hal sampah- sampah ini lah yang terkadang turut hanyut terbawa air dan menimbulkan penyumbatan drainase.
Lantas sebagai mahasiswa bentuk partisipasi seperti apa yang bisa kita lakukan?? Tentunya dengan tidak membuang sampah sembarangan yang dimulai dari diri kita sendiri saja merupakan suatu bentuk partisipasi nyata kita sebagai mahasiswa dan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai dampak membuang sampah sembarangan juga bisa kita lakukan sebagai mahasiswa yang semestinya mampu mengayomi masyarakat bukan menjadi musuh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar